Blogroll

Saturday, July 28, 2012

Teknik dasar saxophone

Saxophone ditemukan ± 160 tahun yang lalu oleh seorang ahli pembuat alat musik dan musisi berbakat berkebangsaan Belgia yang bernama Antoine-Joseph (Adolphe) Sax. Kemudian pada tanggal 20 Maret 1846, Saxophone didaftarkan hak patennya untuk pertama kali.

Jenis saxophone yang pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat luas adalah C bass. Saxophone ini diperkenalkan untuk pertama kalinya oleh seorang komposer terkenal yang bernama Hector Belioz.

Pada tahun 1842 Adolphe Sax pindah ke Paris dan mulai memperkenalkan saxophone ke seluruh dunia. Selanjutnya dia membuat dan memperkenalkan 14 jenis saxophone yang dibedakan berdasarkan ukuran dan pitch, diantaranya adalah Eb sopranino, F sopranino,  Bb soprano, C soprano, Eb alto,  F alto, Bb tenor, C tenor, Eb baritone, Bb bass, C bass, Eb contrabass, F contrabass, sedangkan sisanya yang lain jarang digunakan.

Pada tahun 1845 saxophone menjadi satu bagian penting dalam band militer. Pada tahun itu terjadi apa yang disebut ”battle of the band” (pertarungan antar band). Pada saat itu band yang dimiliki militer Perancis masih tetap menggunakan alat-alat musik tradisional. Adolphe Sax melihat peluang untuk menunjukkan kepada masyarakat bagaimana saxophone dapat menghasilkan kualitas tonal yang baik dalam suatu band. Adolphe Sax mengusulkan untuk membuat suatu kontes antara band militer yang masih menggunakan alat-alat musik orkestral yang orisinil untuk melawan band yang di dalamnya terdapat saxophone. Akhirnya band yang dipimpin oleh Sax yang terdiri dari 28 orang tersebut mendapatkan sambutan yang luar biasa dari para penonton, termasuk para petinggi militer di Perancis, sehingga sejak saat itu saxophone menjadi bagian dari band militer Perancis dan tidak lama kemudian manjadi bagian dari band-band lainnya.

Tujuh puluh lima tahun sejak ditemukannya Saxophone, akhirnya saxophone mulai digunakan pada musik-musik dansa.  Saxophone di-desain untuk memiliki tone yang lembut, halus, dan seimbang. Itu sebabnya saxophone dapat melangkapi  suara terompet, drum, dan hiruk pikuk orang yang berbicara di sekitar band-band dansa pada awal abad 20. Mouthpiece saxophone dibuat lebih kecil dan lebih paralel, hal itu membuat suara saxophone terdengar lebih keras dan sangat cocok untuk musik jazz dan dansa. Sejak proses metamorfosis ini saxophone menjadi salah satu alat utama dalam musik jazz.

Berdasarkan perjalanan sejarah perkembangan saxophone di atas, maka dalam mempelajari saxophone tidak dapat mengabaikan proses perjalanan sejarah musik jazz dan musik-musik dansa. Beberapa alasan yang dapat dikemukakan adalah :

    Saxophone merupakan salah satu alat musik yang terbilang masih muda, dibandingkan dengan jenis alat musik tiup lainnya seperti flute, oboe, clarinet, bassoon, dan sebagainya.

II.TEKNIK DASAR

    a. Embouchure

Kata embouchure berasal dari bahasa Perancis yang artinya “mulut sungai”]. Di dalam teknik bermain saxophone, embouchure menggambarkan formasi antara bibir, gigi, rahang, dan otot-otot di sekitar mulut ketika udara ditiupkan melalui mouthpiece. Secara alamiah, embouchure berakibat pada upaya untuk menghasilkan tone yang baik dan kemampuan untuk mengendalikan saxophone dengan baik

Dalam praktek, terdapat beberapa formasi embouchure yang sering digunakan oleh banyak saxophonist, namun penulis hanya akan menguraikan salah satu formasi embouchure yang saat ini paling banyak digunakan dan dapat menghasilkan kualitas suara dan tone yang baik. Berikut ini adalah gambar dari formasi embouchure :
Gambar yang paling atas menggambarkan embouchure yang kurang baik. Terlalu banyak bibir bagian bawah yang menempel pada gigi, dan bibir bagian bawah terlalu banyak melipat ke dalam mouthpiece. Pada formasi seperti ini sulit menghasilkan suara dan tone yang lebih terang (bright), lebih bebas, dan lebih fleksibel. Sedangkan formasi embouchure pada gambar yang paling bawah dapat menghasilkan suara dan tone yang lebih terang, karena getaran reed yang dihasilkan dapat lebih bebas. Dari gambar ini, reed tetap tersentuh oleh bibir bagian bawah, namun hanya sebagian kecil bagian dari bibir bawah yang berada di antara mouthpiece dan gigi. Bayangkan huruf “V”  untuk mencari posisi bibir yang nyaman agar menghasilkan tone yang baik.
Aspek penting lainnya dari formasi embouchure ini adalah seberapa  banyak bagian mouthpiece yang masuk ke dalam mulut. Jika terlalu sedikit bagian mouthpiece yang masuk ke dalam mulut, maka sound atau suara yang dihasilkan akan kecil dan mengurangi kemampuan untuk mengontrol saxophone. Satu cara untuk mengetahui apakah mouthpiece terlalu dalam masuk ke dalam mulut atau tidak adalah dengan melihat mouthpiece dari samping dengan reed yang terpasang pada mouthpiece. Perhatikan bahwa jarak antara reed dan mouthpiece (facing tip of the mouthpiece) semakin menjauh. Titik pertemuan antara reed dan mouthpiece yang akan berjarak itulah kira-kira posisi gigi bagian atas yang menempel pada mouthpiece seharusnya diletakkan.

  1. b. Tongue (Tonguing à teknik lidah)
Teknik lidah (tongue;tonguing) merupakan salah satu teknik dasar yang juga penting dalam memainkan saxophone. Lidah digunakan untuk memberikan attack atau aksen ketika mulai mengeluarkan udara melalui mouthpiece.
Terdapat berbagai macam variasi tonguing, namun pada umumnya teknik menggunakan tonguing adalah dengan menyentuhkan ujung lidah dengan ujung reed, sembari mengucapkan ”dah” ketika ujung lidah menyentuh ujung reed.
  1. c. Breathing (pernapasan)
Memainkan woodwind instrumen seperti saxophone adalah sama seperti melakukan olah raga, kita harus sering berlatih agar kemampuan memainkan wind istrument semakin baik sejalan dengan semakin baiknya kondisi tubuh kita. Latihan pernapasan harus menjadi bagian latihan rutin kita agar kemampuan untuk menguasai instrumen bertambah pula.
Pada kenyataannya, latihan pernapasan yang rutin sangat banyak membantu kehidupan kita. Beberapa manfaat penting latihan pernapasan bagi kehidupan manusia, diantaranya adalah :
  • Bermanfaat bagi kesehatan manusia. Para ahli meyakini jika setiap manusia di dunia mengambil napas dalam 10 hitungan yang lambat dan mengambil napas dalam-dalam setiap hari, maka kita sudah bisa menghindari munculnya penyakit paru-paru di bumi;
  • Menurut aturan yoga, latihan mengambil napas dalam-dalam merupakan salah satu bentuk meditasi. Dengan mengambil napas dalam-dalam secara teratur akan membantu pikiran kita untuk fokus pada satu hal. Tentunya hal ini sangat membantu kita dalam memainkan musik yang membutuhkan konsentrasi tinggi dan juga membantu kita untuk mengatasi perasaan gugup ketika akan menghadapi suatu pementasan;
  • Selain itu, terdapat juga manfaat secara spiritual. Dalam ajaran Islam dikenal pengucapan Istighfar ketika kita sedang emosi atau tersadar dari khilaf. Ketika kita mengucapkan Astaghfirullah al  Azhiim (baik secara singkat maupun yang lengkap), sebenarnya terjadi pengendalian ritme bernapas. Napas menjadi lebih teratur, sehingga cairan adrenalin yang naik ketika emosi (yang menyebabkan seseorang yang emosi menjadi sesak) dapat dikendalikan kembali. Begitu juga ketika kita membaca ayat-ayat suci Al Qur’an, dalam setiap memulai membaca kita mengambil napas lalu secara teratur napas kita keluarkan bersamaan dengan pembacaan ayat-ayat suci di akhir kalimat. Contoh nyata kaitan pernapasan dengan spiritualitas yang dialami seorang musisi adalah saxophonist John Coltrane[2]. Pada periode akhir tahun 1950-an John Coltrane mengalami proses transformasi dari masa hard bop menuju masa avant-guard style. Pada saat Coltrane mengalami masa hard bop, dia mengeluarkan ide-ide yang lebih jauh dari yang pernah ada sebelumnya, pada masa ini dia menghasilkan frase-frase improvisasi yang sangat panjang dengan akurasi kecepatan yang sangat tinggi. Bagi saxophonist, upaya menghasilkan siklus pernapasan (seperti yang dilakukan Coltrane) sangat mirip dengan latihan pernapasan Prana dalam Hatha Yoga. Kemudian dari periode hard bop, Coltrane mengalami transformasi menuju gaya permainan avant-guard yang hampir mengabaikan semua kaidah-kaidah dalam musik jazz tradisional, dalam periode ini hampir semua album yang dihasilkannya menggunakan pengendalian emosi pada tenor saxophone. Semua album yang dihasilkan pada periode ini menggunakan tema-tema spiritual dan berpuncak pada lahirnya album “A Love Supreme” yang menjadi album paling berpengaruh pada perkembangan jazz dunia.
Dalam rangka memperoleh suara yang baik dan mengendalikan saxophone dengan benar, maka kita perlu belajar membagi dua ruang di paru-paru kita. Kedua ruang tersebut adalah ruang dada (chest chamber) dan ruang abdominal  (abdominal chamber). Chest chamber adalah bagian atas dari paru-paru yang sering kita gunakan dalam bernapas seperti biasa[3]. Sedangkan abdominal chamber adalah bagian bawah paru-paru yang memiliki ruang lebih besar dari chest chamber dan dikendalikan oleh diapraghm atau diafragma (suatu membran besar di dalam paru-paru yang terletak di bagian bawah paru-paru). Dari bagian ini semua kekuatan dan pengendalian pemain saxophone berasal. Semua saxophonist harus belajar mengambil napas dari perut bagian bawah, karena dari bagian ini seorang saxophonist akan memperoleh kapasitas udara untuk bernapas, kekuatan, dan daya tahan untuk mengontrol saxophone.
Untuk melatih pernapasan yang menggunakan diafragma, pertama-tama  kita harus belajar bernapas menggunakan bagian paling bawah dari perut untuk mendapatkan  kapasitas udara yang cukup, bertenaga dan memiliki daya tahan untuk mengontrol alat tiup.

0 comments:

Post a Comment