"Jazznya di mana pun kita bingung, silakan namakan saja aliran kami," cetus Is berterus terang perihal genre musik yang dimainkan bersama teman-temannya di Payung Teduh. Kebingungan tersebut disampaikan ketika Payung Teduh berada di atas panggung Ramadhan Jazz Festival 2012.
Ramadhan Jazz Festival 2012 adalah melanjutkan event sukses tahun lalu yang kembali diselenggarakan oleh WartaJazz dan Remaja Islam Masjid Cut Meutia (RICMA). Bertempat di Plaza Masjid Cut Meutia Menteng Jakarta Pusat, perhelatan tersebut digelar selama dua hari, Jumat dan Sabtu, 27 dan 28 Juli 2012. Dimulai pada pukul 20.30 dengan pertimbangan setelah selesai menunaikan ibadah shalat isya dan tarawih.
It's not exclusive, but inclusive, which is the whole spirit of jazz. Demikian pernah diungkapkan oleh musisi jazz senior yang juga menjadi UNESCO Goodwill Ambassador, Herbie Hancock. Maka tak heran dalam pagelaran Ramadhan Jazz Festival 2012 ini, tak hanya jazz yang mendominasi. Terselip pula hip hop, seperti yang ditampilkan oleh Bag Beat, juga sentuhan musik brazil lengkap dengan permainan berimbau, pandeiro, ganza, juga aksi capoeira dari Jilly Likumahuwa.
Dwiki Dharmawan membawa nama Spiritual Jazz yang menyertakan Demas Nawawangsa (drum) dan Shadu Rasjidi (bass) serta dilengkapi pula oleh Saad (suling) dan Iwan Abdie (vokal). Pesan-pesan religi dituangkan dalam lagu "Rumput Bertasbih" serta "Dengan Menyebut Nama Allah" dengan permainan nada yang memukau ribuan penonton.
Penampilan lain yang membuat terbius adalah dari Idang Rasjidi. Selain memainkan keyboard, Idang melantunkan pula suaranya menyanyikan "Belum Terlambat" dan "Membaca Alquran". "Ketika memainkan piano, saya seperti tengah membaca Al-Fatihah," terang Idang. Diajaknya pula Yendri, penyanyi usia muda dari Batam, menyanyikan "Shalawat Nabi Muhammad S.A.W" dengan cengkok melayu. Semakin ingar bingar suasana ketika Tompi turut serta pula di atas panggung. Sempat terjadi dialog antara Idang dan Tompi dengan "bahasa" scat singing.
Memang tak semua penampil turut menyertakan pula lagu religi dalam penampilannya. Namun tak terhindarkan pula, sebuah lagu yang sama beberapa kali dibawakan. Menariknya adalah, semua membawakan dengan gaya yang berbeda. Sebagaimana galibnya dalam jazz, improvisasi selalu menghiasi tiap gubahan yang ditampilkan. Ini seperti pengejawantahan pesan dari Louis "Satchmo" Armstrong, never play anything the same way twice.
Lihatlah bagaimana ketika Agam Hamzah dan Ade Iramawan berkolaborasi. Tak ada sepatah kata pun yang terucap. Mereka berdialog dalam nada. petikan gitar Agam melebur dalam tarian jari Ade yang menari lincah di atas keyboard. Indonesia Bass Family dan Urban Phat pun berdialog dengan penonton tanpa ada kata selain musik yang menyapa telinga ribuan penonton. Memang musik adalah bahasa yang universal dapat diterima oleh semua orang.
Ragam musik disertai pula oleh ragamnya kepercayaan dari para musisi yang tampil. Namun hal tersebut tak menjadi tembok penghalang untuk silaturahmi dalam nada. "Sudah bukan waktunya lagi kita ngomongin perbedaan," teriak Barry Likumahuwa. Bersama rekan-rekannya yang tergabung dalam Barry Likumahuwa Project tampil penuh semangat. Bersama BoysIIBoys, sebuah lagu karya salah satu Wali Songo, Sunan Bonang, berjudul "Tombo Ati" dibawakan penuh penghayatan.
Oh Tuhan terangkan hati dalam sanubariku, Oh Tuhan ku berserah segalanya kepadamu, Agar jiwaku tenang dengan bimbingan Mu selalu. Sebuah lirik lagu universal yang bisa diterapkan oleh apa pun kepercayaan yang dianut. Lagu milik Sheila Madjid tersebut dilantunkan oleh Albert, vokalis Indonesian Youth Generation. "Musik bisa menyatukan kita," ucap Albert yang disambut riuh penonton tanda setuju.
Ramadhan Jazz Festival 2012 memberikan kesempatan tiap musisi yang tampil untuk memaknai Ketuhanan. Tak hanya sekedar menyuguhkan hiburan, namun sekaligus pula semua yang terlibat diajak untuk turut berkontemplasi. Endah n Rhesa, Ari Pramundito, Beben Jazz, The extraLARGE, Caniday, Dewindra, mau pun Sekawan and Friends menyuguhkan beragam lirik dalam leburan nada yang berbeda. Kebersamaan adalah inti dari semua perbedaan tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Herbie Hancock, the spirit of jazz is the spirit of openness.
[Yose/IT/foto:Yose]
sumber : indonesian tunes
Monday, July 30, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment